Kemampuan komunikasi memiliki peran penting dalam pembentukan karakter, proses pembelajaran, dan perkembangan otak anak. Bagi Ayah dan Bunda yang menginginkan anak cerdas dan percaya diri, yuk ajari mereka berkomunikasi sejak bayi. Bagaimana caranya?
Mendengar tangisan dan rengekan bayi, menjadi konsumsi sehari-hari bagi Ayah dan Bunda. Kesal? Wajar, semua orang tua pernah mengalaminya. Namun, meski tengah lelah dengan berbagai tanggung jawab dan pekerjaan, Ayah dan Bunda harus tetap bersabar, ya. Karena, tangisan atau rengekan menjadi salah satu cara komunikasi yang mampu dilakukan bayi.
Lagipula, dalam menjalani proses tumbuh kembang, bayi juga mengalami saat-saat yang berat. Mereka telah berupaya mengekspresikan diri melalui suara, ekspresi, atau sentuhan, namun seringkali Ayah dan Bunda tidak memahaminya. Sehingga, tangisan atau rengekan menjadi senjata pamungkas.
Maka, pembelajaran dua arah menjadi penting. Selain mengenalkan bayi dengan beragam kosakata, Ayah dan Bunda juga harus mempelajari “bahasa bayi”, agar terjalin komunikasi yang harmonis, ikatan yang kuat, dan interaksi yang saling mendukung.
Nah, bagaimana cara efektif berkomunikasi sejak bayi? Ayah dan Bunda dapat menerapkan tips-tips berikut ini:
- Ajak bayi bicara dengan kalimat pendek dan pengucapan yang jelas. Misalnya, “Sekarang, mama mau masak bubur dulu” atau “Yuk, kita jalan-jalan di taman!”
- Cobalah berkomunikasi sejak bayi dalam segala aktivitas, mulai dari bangun tidur, mandi, makan, bermain, atau jalan-jalan. Misalnya, “Ayo, sekarang adik mandi, ya”, “Enak buburnya?”, atau “Sudah sore, ayo kita pulang!” dengan ekspresi dan intonasi yang menyenangkan.
- Ekspresikan objek pembicaraan melalui tatapan dan tunjuk dengan jari, sehingga bayi dapat mengasosiasikan kata dengan objek yang dimaksud.
- Bacakan buku cerita bergambar berisi kisah keteladanan. Meski belum bisa memahami jalan cerita, namun visual warna-warni dan suara Ayah dan Bunda akan membuatn bayi senang, serta tertarik untuk menyimak dan menirukan.
- Perhatikan ekspresi yang ia tunjukkan ketika Ayah dan Bunda mengucapkan suatu kata atau kalimat, sehingga dapat menjadi komunikasi dua arah.
- Ketika menceritakan atau mengucapkan suatu kalimat, padukan dengan nada, variasi intonasi, atau menggunakan ekspresi, sehingga tampak seperti permainan yang menyenangkan.
- Berikan senyuman, sentuhan lembut, dan tatapan yang menyenangkan kepada bayi, dalam segala aktivitasnya, mulai dari bangun tidur, menyusui, makan, mengganti popok, memakaikan baju, dan sebagainya.
- Pandangi wajah bayi dengan tatapan yang lekat dan hangat, lalu ajak bayi mengulangi kata-kata sederhana, seperti “papa”, “mama”, “makan”, atau “mandi”, sembari menujukkan atau mengekspresikan makna kata
- Berikan apresiasi atau respons ketika bayi mulai menirukan kata, meski belum terlalu jelas.
- Ajarkan kosakata lain apabila bayi mulai bisa menirukan satu atau dua kosakata.
- Jadilah sosok yang ekspresif melalui mimik wajah, intonasi, hingga gerakan, untuk menarik minat dan memberi pemahaman kepada bayi.
Baca Juga: 7 Alasan Ayah dan Bunda Wajib Memeluk Anak Setiap Hari
Dalam kondisi ideal, komunikasi akan terjalin dengan sangat menggembirakan. Namun, tidak dapat dipungkiri, bahwa terkadang ada tantangan berupa ketidaksabaran atau kesalahpahaman. Yang jelas, apabila Ayah, Bunda, dan bayi rajin melakukan komunikasi dan berupaya saling memahami satu sama lain, ada manfaat besar yang dapat diraih, antara lain:
- Mempererat ikatan antara orang tua dan anak.
- Saling memahami dan saling mendukung di antara anggota keluarga.
- Melatih kemampuan komunikasi dan interpersonal anak.
- Meningkatkan keterampilan berbahasa pada anak.
- Anak belajar untuk mengekspresikan diri dengan positif dan efektif.
Namun, untuk meraih semua manfaat tersebut, kesabaran menjadi kunci utama. Karena, setiap anak terlahir dengan keunikan dan keistimewaan masing-masing. Jadi, tidak perlu membanding-bandingkan kemampuan komunikasi anak Ayah dan Bunda, dengan saudara atau temannya. Tidak perlu khawatir apabila bayi belum memberi respons atau meniru dengan suara-suara. Tetaplah bersenang-senang, nikmati prosesnya, dan jika perlu, konsultasikan dengan dokter anak, agar Ayah dan Bunda merasa lebih tenang.
Happy parenting!